25 July 2011

Meugang, Tradisi Masyarakat Aceh Menyambut Puasa dan Hari Raya

Masyarakat Aceh punya tradisi tersendiri untuk menyambut hari-hari besar Islam. Makmeugang atau Uroe Meugang adalah salah satu tradisi dalam masyarakat Aceh yang telah ada sejak berabad yang lalu yaitu berupa kegiatan membeli dan memakan daging di hari istimewa, biasanya dua hari menjelang puasa dan dua hari menjelang Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.

 

 

 

Jika pada hari-hari biasa masyarakat Aceh terbiasa menikmati makanan dari darat ,sungai maupun laut, maka menyambut hari istimewa hari makmuegang ini masyarakat Aceh merasa daging sapi atau lembu lah yang terbaik untuk dihidangkan.

Tradisi hari makmuegang ini muncul bersamaan dengan penyebaran agam Islam di Aceh sekitar abad ke 14 Masehi, sesuai dengan ajaran Islam, datang hari-hari besar Islam yaitu bulan suci Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha sebaiknya disambut secara meriah

Zaman dahulu, pada hari Meugang, para pembesar kerajaan dan orang-orang kaya membagikan daging sapi kepada fakir miskin. Hal ini merupakan salah satu cara memberikan sedekah dan membagi kenikmatan kepada masyarakat dari kalangan yang tidak mampu.

Perayaan Meugang memiliki beberapa dimensi nilai yang berpulang pada ajaran Islam dan adat istiadat masyarakat Aceh:

1.Nilai Religius

Meugang yang dilaksanakan sebelum puasa merupakan upaya untuk mensyukuri datangnya bulan Ramdhan yang penuh berkah. Meugang pada Hari Raya Idul Fitri adalah sebentuk perayaan setelah sebulan penuh menyucikan diri pada bulan Ramadhan. Sementara Meugang menjelang Idul Adha adalah bentuk terima kasih karena masyarakat Aceh dapat melaksanakan Qurban.

2.Nilai Sedekah atau Nilai berbagi sesama

Sejak zaman Kerajaan Aceh Darussalam, perayaan Meugang telah menjadi salah satu momen berharga bagi para dermawan dan petinggi istana untuk membagikan sedekah kepada masyarakat fakir miskin. Kebiasaan berbagi daging Meugang ini hingga kini tetap dilakukan oleh para dermawan di Aceh. Tak hanya para dermawan, momen datangnya hari Meugang juga telah dimanfaatkan sebagai ajang kampanye oleh calon-calon wakil rakyat, calon pemimpin daerah, maupun partai-partai di kala menjelang Pemilu. Selain dimanfaatkan oleh para dermawan untuk berbagi rejeki, perayaan Meugang juga menjadi hari yang tepat bagi para pengemis untuk meminta-minta di pasar maupun pusat penjualan daging sapi.

3. Nilai Kerbersamaan
Tradisi Meugang yang melibatkan sektor pasar, keluarga inti maupun luas, dan sosial menjadikan suasana kantor-kantor pemerintahan, perusahaan-perusahaan swasta, serta lembaga pendidikan biasanya akan sepi sebab para karyawannya lebih memilih berkumpul di rumah. Orang-orang yang merantau pun bakal pulang untuk berkumpul menyantap daging sapi bersama keluarga. Perayaan Meugang menjadi penting karena pada hari itu akan berlangsung pertemuan silaturrahmi di antara saudara yang ada di rumah dan yang baru pulang dari perantauan.

Pentingnya tradisi Meugang, menjadikan perayaan ini seolah telah menjadi kewajiban budaya bagi masyarakat Aceh. Betapa pun mahal harga daging yang harus dibayar, namun masyarakat Aceh tetap akan mengupayakannya (baik dengan cara menabung atau bahkan terpaksa harus berhutang), sebab dengan cara ini masyarakat Aceh dapat merayakan kebersamaan dalam keluarga. Dengan kata lain, melalui tradisi Meugang masyarakat Aceh selalu memupuk rasa persaudaraan di antara keluarga mereka.


4. Menghormati Orang Tua

Tradisi yang telah kita diskusikan di atas tak hanya merepresentasikan kebersamaan dalam keluarga, namun juga menjadi ajang bagi para menantu untuk menaruh hormat kepada mertuanya. Seorang pria, terutama yang baru menikah, secara moril akan dituntut untuk menyediakan beberapa kilogram daging untuk keluarga dan mertuanya. Hal ini sebagai simbol bahwa pria tersebut telah mampu memberi nafkah keluarga serta menghormati mertuanya. Tak hanya para menantu, pada hari Meugang para santri (murid-murid yang belajar agama) pun biasanya akan mendatangi rumah para guru ngaji dan para teungku untuk mengantarkan masakan dari daging sapi sebagai bentuk penghormatan. Begitu pentingnya nilai penghormatan terhadap orang tua telah mengkondisikan tradisi tersebut tidak mungkin untuk ditinggalkan. Jika ditinggalkan hidup menjadi terasa tidak lengkap dan dan muncul perasaan terkucil.

Pelaksanaan tradisi Meugang secara jelas telah menunjukkan bagaimana masyarakat Aceh mengapresiasi datangnya hari-hari besar Islam. Tradisi ini secara signifikan juga telah mempererat relasi sosial dan kekerabatan di antara warga, sehingga secara faktual masyarakat Aceh pada hari itu disibukkan dengan berbagai kegiatan untuk memperoleh daging, memasak, dan menikmatinya secara bersama-sama.

Source:

8 comments:

  1. Cara makannya gimana tuh? Apa ada upacara2 khusus?

    ReplyDelete
  2. makan dagingnya setelah di masak, biasanya dimasakin masakan Aceh.

    ReplyDelete
  3. jadi rindu kampoang halaman nan jaoh dimato.,
    hhe.
    padang apa aceh ne:D

    likethis.,,

    ReplyDelete
  4. bener banget va. duh nelva.. pinter banget seh nulisnya, kk jg td di sms bapak ditanyain megang ga di bali. hikz.. hikz, di luar aceh mang ga ada meugang jadi meugang sendiri. hehehehe..

    trims yah dek nelva tukx postingnya :D

    ReplyDelete
  5. wah pengen nyobain dong yang udah dimasak, pasti enak. :)

    ReplyDelete
  6. @ihsan: mau padang atau aceh, yg penting INDONESIA tanah air beta, hihi

    @kk Dhe: waah, makasih kk :"> makanya pulang ke Aceh kk biar bisa meugang rame2 sama keluarga.

    @Fiscus Wannabe: enak enak enak, kalau mau nyoba datang ajaa kemari, hhe :D

    ReplyDelete
  7. daging nya gak nahan *_* pengin cobain yang udah di masaaak ><

    ReplyDelete
  8. sedang menunggu meugang lebaran ni :D :D :D

    ReplyDelete